Masih saja ada beberapa glintir orang yg menganggap hormat bendera merah putih adalah perbuatan yg mengarah kepada Syirik.
Mari kita coba renungi dawuh Maulana Habib Luthfi bin Yahya, Rois ‘Aam Jam’iyah Ahlit Thoriqoh Al-Mu’tabarah An-Nahdliyyah (JATMAN) saat pembukaan Konferensi Internasional Ulama Thariqah yang dihadiri 1500 ulama thoriqoh dari 59 negara, pada Rabu 27 Juli 2016, di Pekalongan, Jawa Tengah. Beliau dawuh
“Setiap bangsa punya lambang harga dirinya, dan lambang itu adalah bendera. Kami menghormati bendera bukan menghormati secarik kain. Kami menghormati karena ia simbol harga diri bangsa. Simbol perjuangan syuhada. Kalau melihat bendera, tanyakan pada diri sendiri, apakah yang sudah saya berikan pada bangsa negara,”.
Dalam acara Lain, Habib Lutfi Juga pernah menerangkan bahwa Merah putih, bukan hanya sekadar warna dari bendera Indonesia. Tetapi memiliki makna yang tinggi bagi kebanggaan dan kewibawaan bangsa. Maka wajib hukumnya untuk dihormati. Kalau tidak mau hormat pada Bendera Merah Putih, silahkan enyah dari Indonesia. Sangat aneh kalau hormat bendera merah putih dikatakan musyrik, syirik. Mereka yang mengatakan seperti itu tidak mengerti makna musyrik dan syirik, artinya perlu memperdalam lagi belajar agama.
DIRGAHAYU REPUBLIK INDONESIA KE-71
MERDEKA !!!
Yang menuduh hormat bendera adalah syirik mungkin belum pernah membaca sirah nabawi. Nabi Muhammad Saw dan pasukannya ketika berperang selalu membawa bendera. Ada kisah heroik yang diperlihatkan seorang sahabat nabi ketika mempertahankan bendera agar tidak jatuh meski tubuhnya ditebas oleh pedang pedang musuh.
KEPAHLAWANAN DAN SYAHIDNYA ZAID BIN HARITSAH
Ketika terjadi perang Mu’tah, sesuai perintah Rasulullah, pasukan Islam dipimpin Zaid bin Haritsah dengan bendera di tangannya. 3.000 pasukan Islam melawan 200.000 tentara Romawi jelas tak seimbang.
Zaid bertempur dengan gagah berani. Sampai kemudian sebuah tombak Romawi menancap di tubuhnya. Darah segar assaabiquunal awwalun tumpah di bumi Mu’tah. Andaikan memiliki air mata, tanah di sana sudah menangis sejak tubuh mulia itu terjatuh. Zaid tergeletak sudah. Syahid
KEPAHLAWANAN DAN SYAHIDNYA JA’FAR BIN ABU THALIB
Melihat Zaid jatuh, Ja’far bin Abu Thalib segera melompat dari punggung kudanya yang kemerah-merahan, lalu dipukulnya kaki kuda itu dengan pedang, agar tidak dapat dimanfaatkan musuh selama-lamanya. Kemudian secepat kilat disambarnya bendera komando Rasulullah dari tangan Zaid, lalu diacungkan tinggi-tinggi sebagai tanda pimpinan kini beralih kepadanya
Ja’far bertempur dengan gagah berani sambil memegang bendera pasukan.
Beliau maju ke tengah-tengah barisan musuh sambil mengibaskan pedang kiri dan kanan memukul rubuh setiap musuh yang mendekat kepadanya sampai akhirnya, pasukan musuh dapat mengepung dan mengeroyoknya. Ja’far berputar-putar mengayunkan pedang di tengah-tengah musuh yang mengepungnya.
Dia mengamuk menyerang musuh ke kanan dan kiri dengan hebat sambil bersenandung:
Wahai … surga nan nikmat sudah mendekat
Minuman segar, tercium harum
Tetapi engkau Rum … Rum….
Menghampiri siksa
Di malam gelap gulita, jauh dari keluarga
Tugasku … menggempurmu ..
Sampai suatu ketika, ada seorang pasukan Romawi yang menebas tangan kanannya hingga putus. Darah suci pahlawan Islam tertumpah ke bumi. Lalu bendera dipegang tangan kirinya. Rupanya pasukan Romawi tidak rela bendera itu tetap berkibar. Tangan kirinya pun ditebas hingga putus. Kini ia kehilangan dua tangannya. Yang tersisa hanyalah sedikit lengan bagian atas. Dalam kondisi demikian, semangat beliau tidak surut, Ja’far tetap berusaha mempertahankan bendera dengan cara memeluknya sampai beliau gugur oleh senjata lawan. Ada diantara mereka yang menyerang Ja’far dan membelah tubuhnya menjadi dua.
Berdasarkan keterangan Ibnu Umar Radhiyallâhu ‘anhu, salah seorang saksi mata yang ikut serta dalam perang itu, terdapat tidak kurang 90 luka di bagian tubuh depan beliau akibat tusukan pedang dan anak panah.
Lihatlah, para sahabat nabi, mereka menghargai bendera sebagai sebuah bakti dan demi kehormatan. Mereka tak rela bendera mereka jatuh terinjak injak. Karena apabila jatuh maka seolah olah harga diri mereka juga telah jatuh dalam kekalahan.
Para pahlawan Indonesia, dengan lengkingan takbir mengusir para penjajah demi kemerdekaan dan mengibarkan bendera merah putih. Mereka rela mengorbankan nyawa dengan merobek warna biru bendera Belanda demi warna bendera merah putih.
Bendera merah putih adalah simbol harga diri bangsa Indonesia. Mereka yang mengatakan hormat bendera syirik, sebenarnya tidak mengerti makna musyrik dan syirik, artinya perlu memperdalam lagi belajar agama.
DIRGAHAYU REPUBLIK INDONESIA YANG KE 71, SEMOGA JAYA DAN SENANTIASA DALAM RAHMAT ALLAH TA’ALA.
Sumber: http://www.suaranetizen.com
0 Response to "Hormat Bendera tidak Syirik, Sahabat Nabi Juga Menghormati Bendera"
Posting Komentar